5 Sisi Negatif Dalam Dunia Startup di Indonesia

5 Sisi Negatif Dalam Dunia Startup di Indonesia

Smallest Font
Largest Font
Onlenpedia.com | Dunia startup memang tengah diminati oleh para pegiat bisnis, terutama pebisnis online. Kemungkinan besar mereka terinspirasi dari startup-startup yang sudah lama berdiri, terutama startup-startup di luar negeri.

Bicara soal bisnis startup, bisnis tersebut tak selamanya menjanjikan keuntungan seperti yang dibayangkan. Ada banyak sisi negatif dari dunia startup yang harus anda ketahui dan pahami, sebelum terjun ke dalam bisnis ini.

Kekurangan dalam bisnis startup / via Pixabay
Ada 5 sisi negatif yang harus anda ketahui tentang bisnis startup. 5 Hal inilah yang menyingkap ‘sesuatu yang tidak tampak di permukaan’ dan tak terlihat di mata orang-orang awam.
Apa sajakah itu?


1. Kemungkinan gagal yang sangat besar


Dalam dunia startup, kemungkinan gagalnya sangatlah besar. Bahkan para pakar dunia digital dan pihak VC (Venture Capital) mengatakan bahwa 90%-99% startup akan mengalami kegagalan.
Data tersebut bukan tanpa alasan, karena dalam beberapa tahun terakhir banyak startup yang ‘rontok’ satu-persatu dan harus menghentikan operasional mereka. Penyebabnya adalah karena persaingan yang sengit, produk yang tak diterima masyarakat, kehabisan dana operasional, dan lain sebagainya.


2. Sulit melakukan monetisasi

Sisi negatif selanjutnya adalah, kebanyakan startup kesulitan dalam hal monetisasi (mencari sumber pendapatan)
Ada banyak startup yang memiliki banyak pengguna, namun belum bisa menghasilkan uang (seperti WhatsApp). Sebaliknya, ada juga startup yang penggunanya lebih sedikit — namun bisa memaksimalkan potensi pendapatan (seperti LINE).
Kesimpulannya, monetisasi dan model bisnis harus ditentukan sejak awal, agar saat pengguna sudah banyak — anda bisa memaksimalkan pendapatan dari startup anda. Jangan tiru apa yang dilakukan WhatsApp, karena mereka memiliki sokongan dana yang besar dari perusahan induk mereka, yaitu Facebook.


3. Sulit mendapatkan keuntungan dalam waktu singkat

Meskipun sudah memiliki metode monetisasi, namun tak sedikit startup yang masih sulit dalam menghasilkan keuntungan. Mereka bisa menghasilkan pendapatan, namun belum bisa menutup biaya operasional yang jauh lebih besar. Beruntung, mereka disokong oleh dana yang besar dari para investor, sehingga bisa bertahan.
Bagaimana kalau mereka tak memiliki investor?
Tentu saja mereka akan gulung tikar.


4. Sulit melakukan IPO (Initial Public Offering) di lantai bursa

Ketika startup sudah memiliki ‘level’ yang besar dan mapan, ada saja startup yang kesulitan melakukan IPO di lantai bursa (go public).
Hanya beberapa perusahaan berbasis internet yang telah melakukan IPO, kebanyakannya adalah perusahaan global. Sebut saja seperti Google, Facebook, Twitter, Yahoo, dan lain-lain. Untuk perusahaan internet di Indonesia, hingga saat ini belum ada yang melakukan IPO. Rencananya, dalam waktu dekat — beberapa startup besar seperti Bukalapak dan GO-JEK berencana melakukan IPO. Namun, masih belum tahu kapan realisasinya.

5. Persaingan semakin ketat, memungkinkan terjadinya bubble

Sisi negatif bisnis startup yang terakhir adalah, persaingan yang terlampau ketat. Dengan semakin ketatnya persaingan, dunia startup di Indonesia memiliki kemungkinan untuk mengalami bubble (kejenuhan), seperti yang terjadi di Amerika Serikat.
Sangat sulit bagi startup baru untuk menerapkan model bisnis baru, lantaran semua model bisnis startup sepertinya sudah ada dan eksis sejak lama. Alhasil, mereka harus siap bersaing dengan ‘pemain lama’ apabila ingin membangun startup.
Contohnya, apabila anda ingin membangun startup di bidang transportasi, maka anda harus siap bersaing dengan pemain-pemain besar, seperti GO-JEK, Uber, dan Grab. Pun begitu dengan bidang properti, sudah ada Lamudi, Rumah, Rumah123, UrbanIndo, dan lain-lain.

Baca juga:



Itulah dia pemaparan singkat mengenai 5 sisi negatif dari dunia startup di Indonesia yang mesti anda ketahui.
Meskipun memiliki banyak sisi negatif, potensi bisnis startup tetap ‘gurih’ untuk dicoba. Seperti yang diketahui, penetrasi internet di Indonesia masih tahap awal. Bahkan, tercatat baru 1% dari total penduduk Indonesia yang pernah berbelanja online. Artinya masih banyak pangsa pasar yang belum digali di ranah internet Indonesia, terutama ecommerce.
Bagaimana menurut anda?

Editors Team
Daisy Floren
Daisy Floren
admin Author

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow

Berita Terkait