Bisnis
Tentang Sistem Ekonomi Thailand, Salah Satu Negara di Asia Tenggara
Smallest Font
Largest Font
Onlenpedia.com | Setelah sebelumnya membahas tentang sistem ekonomi Filipina, kali ini kita akan membahas sistem ekonomi dari salah satu negara di Asia Tenggara, yakni Thailand.
Lalu seperti apakah sistem ekonomi yang dianut Thailand?
Simak ulasannya berikut ini!
Sistem perekonomian Thailand
Thailand memiliki sistem ekonomi yang sama dengan sistem ekonomi di Indonesia dan Filipina, yakni sistem ekonomi campuran. Adapun sektor andalan perekonomian Thailand adalah sektor agraris, di mana Thailand merupakan salah satu eksportir beras terbesar di dunia.
Thailand pernah mengalami rata-rata pertumbuhan tertinggi di dunia, yakni dari tahun 1985 – 1995, dengan rata-rata pertumbuhan 9% per tahun.
Meningkatnya tekanan spekulatif terhadap mata uang Baht di tahun 1997 — menyebabkan terjadinya krisis yang melemahkan sektor keuangan. Pemerintah pun terpaksa melakukan tindakan, yakni mengambangkan Baht.
Sebelumnya, Baht cukup lama dipatok pada nilai 25 per 1 dolar AS. Baht kemudian mencapai titik terendahnya di kisaran 56 Baht / dolar AS (Januari 1998). Di tahun yang sama, ekonomi Thailand melemah sebesar 10,2%, dan krisis ini pun meluas ke krisis finansial Asia.
Pada tahun 1999, Thailand mengalami kebangkitan, di mana ekonominya menguat 4,2%, kemudian tumbuh 4,4% (2000). Penyebab penguatan ini sebagian besar dikarenakan hasil ekspor yang meningkat sekitar 20% (2000).
Pada tahun 2001, pertumbuhan ekonomi Thailand kembali melambat karena krisis ekonomi global, namun kembali menguat di tahun-tahun selanjutnya. Hal itu dikarenakan pengaruh dari pertumbuhan ekonomi yang bagus di China, serta didukung oleh beberapa kebijakan ekonomi di era Perdana Menteri Thaksin Shinawatra. Di tahun 2003, pertumbuhan Ekonomi Thailand mencapai 6,3%, dan terus meningkat hingga 7-10% di tahun 2004 dan 2005.
Sektor pariwisata pun tak kalah berkontribusi pada perekonomian Thailand. Sektor ini memperoleh keuntungan tambahan dari melemahnya Baht dan stabilnya politik di Thailand. Di tahun 2002, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Thailand mencapai 10,9 juta orang. Angka ini meningkat sebesar 7,3% dari tahun sebelumnya yang berjumlah 10,1 juta orang.
Sebelum terjadinya krisis finansial, perekonomian Thailand memiliki pertumbuhan produksi yang bagus, yakni rata-rata 9,4% per tahun hingga tahun 1996. Melimpahnya tenaga kerja dan sumber daya, konsevatis fiskal, kebijakan investasi asing terbuka, dan pendorongan sektor swasta merupakan dasar dari kesuksesan ekonomi Thailand pada tahun-tahun sampai dengan 1997.
Negara mengelola beberapa jasa, seperti pembangkit listrik, transportasi, dan komunikasi. Namun pemerintah berencana melakukan swastanisasi pada sektor-sektor tersebut, pada awal krisis finansial.
Pemerintah Kerajaan Thailand sangat postif dalam menerima investasi asing, asalkan memenuhi persyaratan — dapat mendaftar hak investasi istimewa melalui Dewan Investasi Thailand. Untuk menarik investasi asing lainnya, pemerintah telah mereformasi peraturan investasinya.
Thailand memiliki gerakan serikat buruh, namun masih lemah. Hanya ada sekitar 3% tenaga kerja yang tergabung dalam serikat buruh. Di tahun 2000, Undang-undang Hubungan Kerja-Perusahaan Negara (SELRA) telah disahkan. Ini menandai adanya persamaan hak antara pegawai sektor publik dengan karyawan swasta, termasuk di dalamnya adalah hak untuk bergabung dalam serikat buruh.
Ada sebanyak 60% tenaga kerja Thailand yang bekerja di sektor pertanian. Seperti diketahui, beras merupakan hasil bumi yang paling di penting di Thailand yang menempatkan mereka sebagai salah satu eksportir beras terbesar di dunia. Selain beras, Thailand juga menghasilkan ikan, produk-produk perikanan lainnya tapioka, karet, biji-bijian, dan gula dalam jumlah yang besar. Ekspor makanan jadi seperti tuna kaleng, nenas dan udang beku juga cukup bagus di Negeri Gajah Putih tersebut.
Fakta-fakta mengenai perekonomian Thailand
Berikut ini beberapa fakta mengenai ekonomi Thailand, diantaranya:
– Investasi (gross fixed): 22.5% PDB (perkiraan Januari – September 2004)
– Pendapatan per rumah tangga atau konsumsi menurut persentase:
a) 10% terendah: 2.8%
b) 10% tertinggi: 32.4% (1998)
– Distribusi penghasilan keluarga – indeks Gini: 51.1 (2002)
– Produksi pertanian: beras, ubi kayu, karet, jagung, tebu, kelapa, kacang kedelai
– Industri: pariwisata, tekstil dan garmen, pemrosesan hasil pertanian, minuman, tembakau, manufaktur ringan seperti perhiasan, alat-alat listrik dan komponennya, komputer dan onderdilnya, sirkuit komputer, mebel, dan barang-barang plastik
– Thailand merupakan produsen tungsten kedua terbesar di dunia, dan produsen timah ketiga terbesar di dunia
– Tingkat pertumbuhan produksi industri: 8.5% (perkiraan 2004)
– Neraca perdagangan: $ 6.736 miliar (perkiraan 2004)
– Komoditi ekspor: tekstil dan sepatu/sandal, hasil perikanan, beras, karet, perhiasan, mobil, komputer dan peralatan listrik
– Komoditi impor: barang-barang modal, barang-barang antara dan bahan mentah, barang-barang konsumsi, dan bahan bakar
– Cadangan devisa dan emas: $48.3 miliar (2004)
– Mata uang: Baht Thailand.
Baca juga:
Itulah dia penjelasan singkat mengenai sistem ekonomi yang dianut Thailand, yang ternyata adalah sistem ekonomi Campuran. Seperti halnya Indonesia, Thailand tergolong negara berkembang atau negara industri baru di dunia. Jadinya, kedua negara ini seperti maju ‘beriringan’ dalam perekonomian dunia.
Bagaimana menurut anda?
(Sumber: Wikipedia.org)
Editors Team
admin
Author
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow