Bisnis
Tak Puas Dengan 4 Paket Kebijakan, Jokowi Akan Meluncurkan Paket Kebijakan Ekonomi 5
Smallest Font
Largest Font
Tak puas dengan 4 paket kebijakan ekonomi, pemerintah kembali berencana meluncurkan Paket Kebijakan Ekonomi Jiilid 5. Konon paket kebijakan ini akan diluncurkan pada hari ini.
Seperti apakah kisahnya?
Dilansir dari laman Republika.com, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan segera merampungkan paket kebijakan jilid lima. Tujuannya adalah, agar perekonomian Indonesia semakin berdaya saing dalam kompetisi regional maupun global.
“Besok pagi akan ada paket kebijakan kelima. Terus akan ada paket-paket baik jangka pendek, menengah,” kata Presiden Jokowi dalam acara Rapat Kerja Pemerintah Tahun 2015 dengan para Gubernur dan Bupati/Wali kota seluruh Indonesia di Istana Negara Jakarta, Rabu (21/10).
Presiden menambahkan, Indonesia harus mampu bersaing dengan negara lain misalnya Vietnam dan India yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang bagus. Oleh karena itu, jika Indonesia tidak mau melakukan reformasi maka bisa ditinggalkan investor yang memilih berinvestasi di negara lain.
“IHSG juga mulai reborn, kemudian pembangunan sekarang bukan Jawa sentris tapi kita mau keluarkan Indonesia sentris terutama Indonesia Timur,” tambah Jokowi.
Pada kesempatan itu, Presiden juga membahas tentang rencana pembangunan infrastruktur di berbagai daerah di Tanah Air. Beliau menegaskan bahwa ketika banyak yang mengkhawatirkan keadaan ekonomi Indonesia yang dianggap sudah mengalami krisis ekonomi, namun Presiden justru yakin perekonomian Indonesia akan terus membaik.
“Di kuartal ketika ini, saya tadi pagi ketemu Gubernur BI angkanya (pertumbuhan ekonomi) 4,85. Sudah setop dan merangkak naik,” katanya.
Jokowi kemudian membandingkan posisi perekonomian Indonesia saat ini dengan kondisi pada krisis 1998.
“Pertumbuhan ekonomi 1999 minus 13 persen, sekarang masih 4,7 persen. Kuartal ketiga sudah 4,85 persen, sudah jauh sekali dan inflasi saat itu 82 persen,” katanya.
Bahkan Bank Indonesia (BI) memperkirakan hingga akhir tahun, inflasi Indonesia tidak akan melebihi angka 4 persen, padahal ketika tahun lalu mencapai 8,5 persen.
“Ini bisa karena harga dikendalikan, di daerah ada TPID, ada inflasi langsung intervensi. Maka kita minta saran setiap daerah intervensi untuk barang-barang yang mengalami kenaikan,” jelas Jokowi.
Perbandingan selanjutnya, nilai tukar rupiah pada 1998 mencapai Rp16.600 — tetapi saat ini nilai rupiah berkisar antara Rp13.600-Rp13.700. Lalu perihal kredit macet atau Non Performing Loan (NPL) di bank kata Presiden saat ini masih berkisar 2,6-2,8 persen tetapi ketika 1998 mencapai 30-32 persen. Artinya saat ini jauh lebih baik ketimbang di era 1998.
Diakhir penjelasannya, Presiden Jokowi menghimbau agar semua kalangan tetap optimis dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Semua paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah sangat berpihak kepada pengusaha, karyawan, buruh dan banyak pihak. Tujuan utamanya agar roda perekonomian tidak melambat lagi.
Editors Team
admin
Author
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow