Bisnis
Ketika Mobil Listrik Tesla Bersanding Dengan Mobil Listrik Buatan Indonesia, Selo
Smallest Font
Largest Font
Perkembangan teknologi yang semakin pesat juga berimbas pada industri mobil. Akhir-akhir ini banyak produsen ataupun inovator yang mulai mengembangkan mobil berbahan bakar non fosil, yakni mobil listrik.
Salah satu pioneer mobil listrik yang cukup populer di dunia adalah Tesla. Mobil ini dikembangkan oleh ilmuwan kenamaan dunia bernama Elon Musk.
Seakan tak mau kalah, Indonesia juga mengembangkan mobil listrik sejak 2013 yang lalu, yakni ketika Dahlan Iskan menjabat sebagai Menteri BUMN. Ia pun menunjuk ilmuwan Indonesia yang bernama Ricky Elson untuk membuat mobil listrik — yang kini memiliki nama Selo.
Bicara soal Tesla dan Selo, beberapa waktu yang lalu, ada momen di mana mobil listrik Tesla ‘bersanding’ dalam satu panggung dengan mobil listrik Selo.
Seperti apakah penampakannya?
Image via Jawapos.com / Miftakhul S |
Dilansir dari laman Jawapos.com, mantan menteri BUMN Dahlan Iskan memiliki harapan yang cukup tinggi agar Indonesia mampu menciptakan mobil listrik sendiri. Ia pun sengaja menyandingkan mobil listrik Tesla model S dengan mobil listrik buatan Indonesia, Selo. Adapun kedua mobil listrik tersebut dipamerkan Dahlan di halaman Gedung Graha Pena Surabaya.
Apa yang dilakukan Dahlan adalah untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa mobil listrik itu benar-benar ada, bukan khayalan semata. Dahlan juga menambahkan, seandainya pemerintah mendukung penuh, maka anak negeri pun mampu menciptakan mobil listrik seperti halnya Tesla.
“Yang ini (Tesla) risetnya triliunan rupiah dan didukung pemerintah Amerika. Sedangkan Selo tidak didukung pemerintah Amerika,” canda Dahlan di depan sejumlah wartawan.
Salah satu wartawan yang mendengar pernyataan Dahlan sempat mengira bahwa ia salah bicara.
“Maksudnya tidak didukung pemerintah Indonesia, Pak?” tanya salah seorang wartawan.
“Bukan, pemerintah Amerika,” jawab Dahlan, lalu disambut tawa orang-orang di sana.
Kembali pada Tesla model S dan Selo. Kalau berbicara soal kecanggihan teknologi, keduanya sangatlah berbeda — di mana Tesla unggul jauh. Akan tetapi seandainya pemerintah mendukung penuh pengembangan Selo, bukan tidak mungkin ketertinggalan teknologi itu bisa dikejar.
Dahlan pun sadar bahwa Indonesia saat ini sudah tertinggal dari negara lain perihal pengembangan mobil listrik. Akan tetapi ketertinggalan tersebut belum terlalu jauh alias masih bisa dikejar.
“Sebenarnya saya memikirkan pentingnya Indonesia memproduksi mobil listrik sejak empat tahun lalu,” tutur Dahlan.
Namun, ada beberapa hambatan yang membuat keinginan Dahlan urung terwujud.
“Ada hambatan karena sekarang ini saya kena perkara mobil listrik sehingga praktis kita kehilangan waktu empat tahun,” tambahnya.
Menurut mantan menteri BUMN pada masa pemerintahan SBY tersebut, waktu empat tahun yang sudah terlewati itu sangatlah berharga. Hal itu bisa dilihat ketika sejumlah negara sudah melesat dalam pengembangan mobil listrik.
“Bahkan, Thailand sekarang sudah sangat memikirkan mobil listrik,” kata Dahlan.
Adapun niat Dahlan membeli Tesla adalah untuk membuktikan bahwa mobil listrik memang tengah berkembang pesat. Yang dipilih adalah model S full option (semua komponennya yang terbaik).
“Jadi, saya membeli ini bukan ingin punya Tesla atau harus punya Tesla. Biar masyarakat Indonesia tahu bahwa mobil listrik buatan Amerika sudah sedemikian majunya,” tutur mantan Dirut PT PLN tersebut.
Dahlan pun menegaskan bahwa Indonesia harus bangkit dari ketertinggalan saat ini. Jika tidak, Indonesia akan semakin tertinggal jauh. Padahal, penciptaan mobil listrik sendiri bukanlah sesuatu yang mustahil.
Menurut Dahlan, masa depan teknologi mobil listrik sangatlah pesat dan tak terbendung. Hal itu bisa dilihat dengan kapitalisasi perusahaan Tesla yang sudah melampaui Ford. Untuk saat ini Tesla baru memproduksi sekitar 700 ribu mobil listrik. Sedangkan Ford dalam setahun memproduksi 7 juta mobil (berbahan bakar minyak/BBM). Namun, nilai pasar perusahaan Tesla malah lebih besar daripada Ford.
“Kenapa bisa begitu? Ya karena orang percaya Tesla itu punya masa depan. Sedangkan mobil bensin akan menjadi masa lalu,” jelas Dahlan.
Dahlan menjelaskan, seandainya Indonesia masih berkeinginan mewujudkan mobil nasional konvensional, itu sudah sangat tertinggal dari merk mobil dunia yang sudah eksis. Dahlan mengumpamakan sebuah perlombaan maraton. Negara-negara yang sudah memproduksi mobil konvensional saat ini sudah
mencapai garis finis, sedangkan Indonesia baru akan memulai.
“Jadi, sulit terkejar,” tutur Dahlan.
Lain halnya dengan mobil listrik, meskipun Indonesia tertinggal — namun ‘jarak’nya masih belum terlalu jauh dari negara-negara lain.
Mengenai dukungan dan idenya pada pengembangan mobil listrik, Dahlan menegaskan bahwa apa yang dilakukannya bukan untuk kepentingan pribadi.
“Saya tegaskan, saya tidak akan bisnis mobil listrik. Saya hanya ingin menggerakkan Indonesia, harus mampu memproduksi mobil listrik,” tegas Dahlan.
Dahlan pun mempersilakan pebisnis lain yang ingin menjalankan bisnis mobil listrik di Indonesia. Maka dari itu, iklim mobil listrik di Indonesia harus dibangun sedini mungkin.
Kalau kita mengingat empat tahun yang lalu, Dahlan adalah sosok yang mencetuskan ide riset mobil listrik. Kala itu Dahlan menggunakan uang pribadinya guna membiayai riset-riset pengembangan mobil listrik yang dilakukan putra-putra terbaik Indonesia.
Presiden SBY pun sempat mengapresiasi ide Dahlan. SBY pun mengundang keterlibatan kampus-kampus dalam merealisasikan ide Dahlan. Roadmap pengembangan mobil listrik nasional pun dibuat. Saat itu pemerintah juga menugaskan Dahlan untuk membuat prototipe mobil listrik guna keperluan APEC 2013.
Baca juga:
Sayang sungguh disayang, konsep brilian yang sudah dibangun bertahun-tahun justru terhambat. Dahlan yang menjadi pencetus mobil listrik justru diperkarakan oleh Kejaksaan Agung. Dia dianggap bersalah dalam pembuatan prototipe mobil listrik untuk APEC 2013. Padahal pembuatan prototipe tersebut tidak menggunakan uang negara. Sumber dananya didapat dari dana sponsorship tiga perusahaan BUMN.
Banyak pihak yang menilai, jika memang ada kesalahan — maka perkara tersebut cenderung mengarah ke persoalan perdata — bukan pidana. Dan penetapan Dahlan sebagai tersangka adalah sangat keliru dan dianggap terlalu memaksakan diri.
Namun sekarang, sosok pria bersahaja tersebut sudah bebas dari segala tuntutan lantaran tak terbukti bersalah. Semoga saja beliau masih mau mewujudkan mimpi besar untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu produsen mobil listrik di dunia.
Itulah dia momen-momen di mana Dahlan Iskan pernah menyandingkan mobil listrik buatan Amerika yaitu Tesla, dengan mobil listrik buatan Indonesia yaitu Selo. Ternyata ada tujuan positif dibalik itu, dan semoga hal tersebut bisa terwujud dengan segera.
Editors Team
admin
Author
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow