3 Syarat Bisnis Manufaktur, Agar Bisa Memajukan Suatu Negara

3 Syarat Bisnis Manufaktur, Agar Bisa Memajukan Suatu Negara

Smallest Font
Largest Font
Berdasarkan pengamatan kami, kebanyakan negara maju adalah negara yang banyak memiliki perusahaan yang menjalankan bisnis manufaktur. Namun bukan sembarang bisnis manufaktur, melainkan bisnis manufaktur tertentu yang tak bisa ‘ditiru’ oleh negara lain. Alhasil, mereka pun bisa menjual produk-produknya ke seluruh dunia, dan uang pun mengalir ke negara mereka.
Bisnis manufaktur via Pixabay
Dilansir dari laman Wikipedia, manufaktur adalah suatu cabang industri yang mengaplikasikan mesin, peralatan dan tenaga kerja dan suatu medium proses untuk mengubah bahan mentah menjadi barang jadi untuk dijual. Istilah ini bisa digunakan untuk aktivitas manusia, dari kerajinan tangan sampai ke produksi dengan teknologi tinggi. Meski begitu, istilah ini lebih sering digunakan untuk dunia industri, di mana bahan baku diubah menjadi barang jadi dalam skala yang besar.
Dalam skala global, manufaktur biasanya diartikan sebagai proses produksi secara massal untuk dijual ke pelanggan untuk mendapatkan keuntungan. Sedangkan industri-industri seperti semikonduktor dan baja lebih sering menggunakan istilah fabrikasi dibandingkan manufaktur.
Syarat-syarat bisnis manufaktur yang bisa memajukan negara

Bicara soal bisnis manufaktur, banyak sekali negara industri maju yang mengandalkan sektor ini. Hanya saja, sektor-sektor yang mereka garap memiliki kelebihan dibanding sektor manufaktur negara-negara non industri. Adapun ‘kelebihan’ tersebut kami sebut dengan istilah ‘syarat bisnis manufaktur yang bisa memajukan negara’.
Lantas apa saja syarat bisnis manufaktur agar bisa memajukan suatu negara?
Berikut ini 3 syaratnya, yaitu:



1. Bisnis manufaktur barang-barang murah namun inovatif, diproduksi secara massal


Syarat pertama ini terinspirasi dari bisnis manufaktur yang dijalankan sebagian besar perusahaan-perusahaan di China, dari yang UKM — hingga perusahaan besar.
China sangat terkenal dalam memproduksi produk-produk inovatif yang murah, namun diproduksi secara massal. Biaya produksi yang murah, gaji buruh yang rendah, dan murahnya biaya kirim, membuat banyak negara yang kemudian menjadikan China sebagai supplier mereka. Alhasil, banyak online shop dunia yang mengimpor barang dari China, guna dijual di negara mereka. Imbasnya, perenonomian China pun tumbuh pesat, bahkan angka pertumbuhannya merupakan yang terbesar di dunia. Banyak sekali uang dari negara lain yang masuk ke negara mereka, sehingga perekonomian mereka pun maju dengan sangat pesat.
Apakah Indonesia bisa seperti ini?
2. Bisnis manufaktur produk berteknologi tinggi

Syarat bisnis manufaktur kedua ini terinspirasi dari negara-negara pengekspor produk berteknologi tinggi (mobil, sepeda motor, gadget, elektronik, alat-alat kelistrikan, dan lain-lain), seperti Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Perancis, dan China.
Karena minimnya kemampuan mayoritas negara di dunia dalam memproduksi produk-produk berteknologi tinggi, alhasil negara-negara yang disebutkan di atas bisa menguasai pasar manufaktur produk teknologi dunia. Akhirnya, banyak penjualan yang terjadi dengan keuntungan yang besar (lantaran mahalnya harga produk), dan ‘negara-negara produsen’ menjadi semakin makmur berkat aliran uang dari ‘negara-negara konsumen’.
3. Manufaktur alutsista (alat utama sistem pertahanan)

Syarat ketiga ini terinspirasi dari negara produsen senjata terbesar di dunia, yakni Rusia dan Amerika Serikat. Kemudian negara-negara lain seperti Jerman, Jepang, Korea Selatan, Perancis, dan Inggris juga tergolong negara produsen senjata, meski tak sebesar Rusia dan AS.
Isu politik regional maupun global seakan mengharuskan berbagai negara (terutama yang rawan konflik) untuk memperkuat pertahanan masing-masing. Alhasil, pengadaan alutsista (alat utama sistem keamanan) mutlak diperlukan, dan terus meningkat tiap tahunnya.
Tentunya hal ini menjadi kabar gembira bagi negara-negara yang memproduksi persenjataan, seperti kapal perang, kapal selam, tank, jet, dan alutsista lainnya, karena produk mereka laku keras di pasaran. Akhirnya, uang pun ‘mengalir deras’ ke kantong mereka, lantaran harga jual alutsista yang sangat mahal.


Baca juga:



Sebenarnya Indonesia juga tergolong negara yang memiliki banyak perusahaan yang menjalankan bisnis manufaktur. Hanya saja, bisnis manufaktur di Indonesia kebanyakan bergerak di bidang makanan, bahan bangunan, konveksi, dan bisnis lainnya yang skalanya masih lokal. Alhasil, hanya produk manufaktur tertentu saja yang bisa diekspor, dan harganya pun sangat murah, jadi keuntungannya tidak besar. (Contohnya yaitu produk-produk mie instan).
Namun, semakin ke sini, bisnis manufaktur di Indonesia mulai ‘menyentuh’ teknologi. Salah satunya dalam bidang persenjataan, di mana ada 2 kapal perang produksi PT. PAL yang dieskpor ke Filipina, serta amunisi-amunisi PT. PINDAD yang jadi langganan negara-negara lain.
Selain persenjataan, kabarnya Indonesia juga tengah menggarap proyek pesawat buatan anak bangsa, yakni pesawat R80 yang diinisiasi oleh BJ Habibie. Seperti kita ketahui, Pak Habibie memang pakar di bidang tersebut.
Kita doakan saja, semoga negara kita bisa maju berkat bisnis manufaktur yang mengarah ke ranah teknologi tingkat tinggi.

Editors Team
Daisy Floren
Daisy Floren
admin Author

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow

Berita Terkait